Rabu, 22 Juni 2011

Homiletik - Bag 3

HOMILETIK
(Bagian 3)

  1. Ringkasan Khotbah
Dalam mempersiapkan khotbah, sebaiknya menggunakan type atau metode kerangka khotbah yang tertulis. Karena cara membuatnya lebih mdah dan cenderung tidak mendapatkan kemacetan saat berkhotbah. Seorang pengkhotbah akan mempunyai ruangan yang fleksibel dan pikirannya tetap terbuka terhadap inspirasi dan wahyu yang diberikan Roh Kudus ketika sementara berkhotbah. Dia mempunyai susunan khotbah yang rapi. Jika dia berdiri di hadapan jemaat, dia tidak akan dengan sengaja untuk lepas dari konsep khotbah.

Kerangka kohtbah yang tertulis ini sangat sesuai digunakan untuk mengajar dan berkhotbah. Dalam metode mengajar biasanya penuh dengan pokok-pokok bahasan sehingga memerlukan beberapa bentuk catatan. Tentu saja hal ini menyulitkan seorang guru untuk mengajar dengan banyak catatan. Oleh karena itu type kerangka khotbah tertulis adalah metode yang dapat diterapkan dan akan memudahkan.

Gunakan juga metode ini saat belajar, atau waktu kita merenungkan firman Tuhan. Seringlah berlatih menggunakan metode ini, sebab kita akan terbiasa untuk membuat catatan-catatan khotbah dan sangat menolong kita saat kita berdiri untuk berkhotbah. Hal ini juga menolong untuk mengarahkan pikiran kita didalam bentuk pola yang rapi. Selain itu membuat kita dapat berkhotbah dengan jelas dan sangat mudah untuk didengar.

G. TUJUH MACAM KHOTBAH

Dalam pelajaran ini akan dibahas tujuh macam khotbah yang berbeda.  Seorang hambah Tuhan harus terbiasa dengan setiap type ini, yang akan memberikan nilai tambah untuk pelayanannya dan membuat khotbahnya makin menarik bagi jemaat yang mendengarkannya minggu demi minggu. Cara ini akan menolongnya untuk dapat menyampaikan banyak hal mengenai kebenaran Firman Tuhan. Beberapa pelayanan hamba Tuhan dapat tercapai dengan kepandaian menggunakan metoda-metoda ini.

1.       Khotbah Textual (Khotbah Nats)
Khotbah ini biasanya berdasarkan atas satu ayat atau beberapa bagian ayat yang disebut “teks”. Kita akan memilih ayat-ayat mana yang mempunyai pernyataan yang sama. Kemudian kita menelitinya, menganalisa dan menemukan semua kebenaran itu dengan teratur dan bertahap sehingga memudahkan bagi para pendengar untuk memahaminya.

2.       Khotbah Topikal (Khotbah Pokok)

Disini seorang pengkhotbah bertujuan untuk memberikan sebuah topik yang khusus bagi jemaat. Contoh, kita ambil kata “dibenarkan”. Tujuannya adalah, pertama untuk menemukan sesuatu yang Firman Tuhan katakan mengenai persoalan ini.

Kemudian kita akan menyusun semua ayat-ayat referensi dan ide-ide yang berhubungan dengan topik tadi menjadi susunan yang rapi. Kemudian kita kembangkan atau kita kupas dari segala sudut, sehingga jemaat bisa menerima makanan rohani yang berlimpah.

Bila kita tidak dapat memberikannya dalam satu session mengajar, kita dapat menyiapkan pelajaran secara berseri tetapi tetap pada topik yang sama. Dengan cara ini akan menjamin untuk menjelaskan topik tersebut secara lengkap.

Untuk mempersiapkannya, kita dapat menggunakan buku konkordansi Alkitab. Dalam buku tersebut kita akan dapat dengan cepat menemukan ayat-ayat referensi yang berhubungan dengan topik tersebut.

3.       Khotbah Typical (Khotbah cerita suatu peristiwa)

Metode khotbah ini dimaksudkan untuk menemukan dan menyampaikan kebenaran Firman Tuhan yang tersembunyi dibalik peristiwa yang terjadi di Alkitab. Yang kita ceritakan adalah seseorang atau suatu peristiwa yang lalu disesuaikan maksud dan arti rohaninya dengan kehidupan yang dialami sekarang ini atau masa yang akan datang.

Contoh, perayaan Paskah Anak Domba dalam kitab Keluaran berbicara tentang nubuatan penebusan Kristus yang lengkap sebagai “Anak Domba Allah” (Yohanes 1:29). Dan peristiwa yang terjadi dalam Perjanjian Lama merupakan gambaran dan bayangan yang terjadi di masa yang akan datang (Ibrani 8:5; 10:1) “Didalam hukum Taurat hanya terdapat bayangan saja dari keselamatan yang akan datang…..”

“Hari sabat” dalam Perjanjian Lama juga merupakan bayangan dari sesuatu yang harus datang, sedang wujudnya adalah Kristus (Kolose 2:17). Menafsirkan dan menjelaskan peristiwa-peristiwa yang seperti ini merupakan tugas yang khusus, karena kemampuan seseorang diukur dari kedewasaan rohaninya dan mempunyai pengetahuan sehubungan dengan peristiwa-peristiwa dalam Alkitab.

Orang yang baru belajar berkhotbah sebaiknya menghindari untuk menafsirkan peristiwa-peristiwa yang arti rohaninya amat dalam, karena bila tidak mampu menafsirkan akan menyebabkan terjadinya bermacam-macam penafsiran yang tidak sesuai.

Penting sekali untuk mendalami dan meneliti seluruh pengetahuan Alkitab sebelum kita mencari penjelasan mengenai peristiwa-peristiwa yang terjadi untuk mengambil makna rohaninya.

Ketika kita pertama kali mencoba untuk berkhotbah atau mengajar menggunakan metode ini, ikutilah prinsip-prinsip berikut ini :

1.       Gunakan Metode yang Sederhana.
Ambillah peristiwa-peristiwa yang sederhana dan mudah kita cari makna rohaninya.

2.       Carilah penafsirannya secara Garis Besar.
Jangan mencoba untuk menafsirkan setiap peristiwa dengan terperinci sampai sekecil-kecilnya. Cukup carilah kebenarannya/makna rohaninya secara garis besar.

3.       Jangan Bersifat Dogmatis.
Hindari penafsiran secara dogmatis untuk mengambil makna rohaninya.

4.       Penjelasan secara Doktrin.
Jangan menjelaskannya berdasarkan doktrin kita, tetapi sebaliknya apa yang kita paparkan seharusnya menjelaskan doktrin.

5.       Mau Dikoreksi.
Kita harus mau dikoreksi bila salah menafsirkannya.

4.       Khotbah Expository (khotbah tafsiran)

Dengan metode ini, kita berusaha untuk mencari dan meneliti pengertian dan kebenaran yang terdapat dalam beberapa ayat atau satu pasal. Khotbah tafsiran terlebih dahulu mengemukakan inti pokoknya, kemudian menerangkan atau menafsirkan segala kebenaran yang terdapat di dalam ayat-ayat atau bagian-bagian dari tiap pasal.

Caranya dengan menafsirkan ayat demi ayat dan mencari kebenaran dalam ayat-ayat tersebut yang kata-katanya sering dilalaikan. Sehingga dengan khotbah tafsiran tidak ada kebenaran dalam Alkitab yang akan dilupakan (Kisah Rasul 20:27).

Dengan khotbah tafsiran kita akan menjelaskan pasal demi pasal yang terdapat dalam Alkitab. Seandainya, kita ambil satu pasal setiap minggu dan mengupas ayat demi ayat dengan mencari pengertian dan kebenarannya. Dengan cara ini akhirnya akan berkembang menjadi suatu pelajaran Alkitab yang dapat dilakukan selama beberapa minggu atau beberapa bulan.

Demikianlah, selama setahun jemaat kita akan menjadi terbiasa dengan setiap bagian Alkitab. Karena menyingkapkan seluruh kebenaran Allah yang ingin disampaikan kepada mereka untuk memperkaya dan memperlengkapi rohani mereka.

5.       Khotbah Biografi

Biografi adalah kesaksian pengalaman hidup seseorang. Jadi khotbah ini menceritakan dan mempelajari kehidupan dari bermacam-macam karakter yang kita temukan dalam Alkitab yang dapat memberi pelajaran rohani kepada jemaat. Kegagalan dan keberhasilan seseorang dapat memberi pedoman bagi kita.

Mempelajari karakter tokoh-tokoh dalam Alkitab seperti ini sangat menarik. Pilihlah tokoh yang mana yang akan kita khotbahkan. Carilah setiap referensi ayat-ayat dari orang tersebut kemudian catatlah peristiwa-peristiwa yang penting dalam hidupnya. Dari peristiwa-peristiwa yang penting itu, tariklah sifat-sifat yang khusus, yang baik maupun yang buruk. Kemudian tambahkan ide-ide yang ada dalam ingatan kita, lalu kita dapat rangkaikan secara kronologis yaitu urutan peristiwa yang mereka alami.

  Mempelajari kelahiran orang tersebut.
   Bagaimana latar belakangnya.
   Bagaimana hubungan pribadinya dengan Allah.
   Bagaimana reaksi sebagai pernyataan hubungannya dengan Allah.
   Apa yang dia pelajari dari hubungannya tersebut.
   Bila hidupnya berhasil dalam keberhasilan, apa yang membuatnya berhasil.
   Bila hidupnya berakhir dalam kegagalan, apa yang menyebabkannya.
   Apa yang dapat kita pelajari dari kehidupannya.

6.       Khotbah Analytical (Khotbah Analisa)

Type khotbah ini adalah dengan menganalisa secara terperinci setiap persoalan untuk mengutip kebenaran-kebanaran yang sebanyak-banyaknya. Dari kebenaran ini, kita dapat mengajarkan prinsip-prinsip yang saling berkaitan.

7.       Khotbah Allegorical (Khotbah Alegori)

Banyak pengajaran-pengajaran dari Yesus dalam bentuk alegori atau parabel. Dia mengajarkan suatu kebenaran dengan mengambil kasus atau peristiwa yang serupa. Demikian juga para penulis Alkitab juga sering menggunakan contoh-contoh kehidupan untuk mengajarkan kebenaran secara rohani. Khotbah Alegori ini berusaha menceritakan kebenaran yang terkandung dalam suatu parabel.

Homiletik - Bag 2

HOMILETIK
(Bagian 2)

2.       Merasa Cukup Dengan Kemampuan Secara manusia.

Kesalahan yang kedua, berpendapat bahwa tidak perlu bergantung kepada Roh Kudus saat kita mempersiapkan khotbah. Tetapi cukup bergantung kepada kemampuan diri sendiri dengan cara berlatih berkhotbah dan mengembangkan kemampuan alaminya. Latihan berkhotbah memang dapat membuat khotbah menjadi sangat menarik dan meyakinkan. Walau bagaimanapun juga, hanya melalui pengurapan Roh Kudus khotbah kita dapat membawa pesan Allah kepada orang yang mendengarkannya. Dengan pengurapan ini membuat pelayanan menjadi berkenan kepada Tuhan.

3.       Dengan Homiletik Saja Merasa Cukup untuk Berkhotbah.

Kalau para pengkhotabh mengerti prinsip-prinsip mengenai homiletik, mereka akan dapat menyusun ide-ide yang mereka dapatkan dan dengan cepat mempersiapkan pesan-pesan dan khotbah-khotbah dengan efekti. Bagaimanapun juga homiletik bukan merupakan metode yang cepat dan sederhana untuk memperoleh pesan-pesan khotbah, tetapi yang terpenting adalah kita memerlukan persiapan dan belajar dengan tekun. Cara ini hanya untuk mempermudah kita menyusun konsep menjadi pesan-pesan khotbah yang akan mempermudah pendengar-pendengar kita untuk dapat mengikuti dan mengerti.

4.       Hanya Pengetahuan yang Logis dari Homiletik yang Diperlukan.

Suatu khotbah atau pesan mungkin baik bila dipersiapkan sebelumnya tetapi tetap masih kurang berkualitas untuk membuatnya menjadi efektif dan produktif. Homiletik dilihat dari sisi manusia adalah khotbah yang dipersiapkan tetapi tetap memerlukan aspek keIlahian. Kenyataannya, tanpa hal ini khotbah kita tidak berkuasa untuk mengubah seseorang. Banyak yang pandai berbicara, tetapi kurang bergantung kepada pertolongan Roh Kudus dan pengurapanNya yang membuat pelayanan kita dapat mempengaruhi dan mengubah kehidupan manusia.

C. BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSIAPAN KHOTBAH.

• Siapakah yang akan mendengar khotbah kita?
• Sasaran apa yang akan kita capai?
• Kemungkinan ada siapa di sana?
• Apakah ada ciri-ciri (keistimewaan) dan prasyaratan khusus?

D. 6 KATEGORI KHOTBAH.

  1. Penginjilan, ditekankan kepada keselamatan dan kesembuhan.
  2. Ibadah, mengilhami seseorang dalam kasih mereka kepada Allah.
  3. Penggembalaan, berhubungan dengan persoalan kesejahteraan jiwa mereka.
  4. Doktrin, membangun orang-orang percaya dalam iman mereka.
  5. Etika, menekankan prinsip-prinsip dan kehidupan orang-orang kristen secara etika.
  6. Kejadian-kejadian khusus, perkawinan, pemakaman, baptisan, dll.

E. 4 KAWASAN HOMILETIK.
Ada 4 kawasan utama yang menjadi perhatian homiletik.

1.       KONSEP

Untuk membuat suatu khotbah, kita perlu membuat suatu konsep khotbah, dengan menggunakan ilmu Homiletik. Dan konsep ini diperlukan untuk membuat suatu thema khotbah. Untuk mendapatkan konsep ini kita harus merenungkan firman Tuhan dan dengan pertolongan Roh Kudus untuk mengetahui kebenaran apa yang akan didapatkan dari kebenaran firmanNya, penting sekali hati kita benar dihadapan Tuhan. Firman yang kita dapatkan itu seperti kita menemukan bongkahan emas, hati kita dipenuhi dengan sukacita dan firman itu begitu jelas bagi kita.

2.       KOMPISISI (SUSUNAN)

Setelah kita mendapat thema tadi, sekarang kita mulai menganalisanya, dan menyusun setiap ide yang timbul dalam ingatan kita. Dan ide –ide harus berada dalam jalur thema tadi, kemudian kita tuliskan. Tidak usah mempermasalahkan susunan dan kerapiannya, kita cukup menuliskan saja ide-ide apa yang timbul, sehingga kita yakin bahwa kita telah mendapatkan suatu susunan khotbah walaupun belum tersusun rapi.

3.       KONSTRUKSI (BANGUNAN)

Setelah kita menganalisa materi-materi tersebut secara mendalam dan mendaftar setiap kebenaran yang kita temukan, kita sekarang mulai merangkai/menyusun ide-ide tersebut secara teratur. Hal ini penting kita lakukan supaya kita dapat melanjutkan berdoa dengan sungguh-sungguh untuk mempertimbangkan sasaran-sasaran lain.

Kita urutkan, kelompokkan thema-thema yang sama supaya memudahkan kita untuk menyampaikan khotbah kepada orang lain. Cara pengembangan seperti ini juga akan memudahkan orang lain untuk mengikuti jalan pikiran kita.

Bangunan khotbah ini bertujuan untuk membuat khotbah menjadi sederhana dan memudahkan para pendengar. Bangunan khotbah ini juga merupakan intisari khotbah yang sangat penting bagi para pebgkhotbah untuk mengembangkannya.

4.       KOMUNIKASI (HUBUNGAN PENYAMPAIAN)

Setelah susunan khotbah sudah selesai kita kerjakan, kita tinggal menyampaikan kebenaran firman tersebut.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menyampaikan khotbah.

      Bagaimana untuk menyampaikan pokok-pokok persoalan kita agar menarik hati para pendengar.
      Bagaimana untuk mengembangkan pikiran kita pada persoalan yang tepat sehingga para    pendengar dapat mengikuti garis kebenaran yang kita cari untuk disampaikan.
      Bagaimana untuk motivasi para pendengar untukmelakukan firman yang didengarnya. “Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja” (Yakobus 1:22).


F. TIGA TYPE UNTUK MEMPERSIAPKAN KHOTBAH.

  1. Khotbah yang tertulis

Metode ini menuntut banyak waktu dalam mempersiapkan khotbah, karena setiap ide harus dituliskan dalam sebuah buku. Yang membutuhkan perhatian yang khusus dan secara terperinci menggunakan susunan kalimat dan kata-kata yang tepat. Oleh karena itu seorang pengkhotbah harus benar-benar mengetahui apa yang harus disampaikan dan bagaimana cara penyampaiannya. Ada keuntungan dan kerugian dalam menggunakan metode ini. Keuntungan adalah, seluruh isi khotbah sudah ditulis dengan terperinci dan hati-hati. Seorang pengkhotbah dapat menyampaikan dengan lengkap dan luas.

Kerugiannya adalah cara penyampaian khotbah ini sering kali membosankan para pendengar, karena cara penyampaiannya seringkali berlawanan sehingga menjadi tidak menarik dan sulit ditangkap.

  1. Kerangka Khotbah yang Tertulis

Metode seperti ini umum digunakan, dan merupakan cara yang paling efektif. Caranya adalah dengan membuat garis besar khotbah secara singkat, yang disebut “Kerangka Khotbah”.

Kerangka khotbah ini terdiri dari bagian-bagian yang terangkai seperti kerangka tubuh kita sehingga memberikan bentuk dan susunan khotbah yang ingin disampaikan oleh pengkhotbah. Dengan metode ini membuat seorang pengkhotbah sangat fleksibel karena tidak terikat pada catatan khotbahnya. Lebih leluasa memberikan tempat pada Roh Kudus untuk mewahyukan apa yang akan disampaikan. Penyampaiannya sangat spontan dan menarik dan lebih mudah ditangkap oleh pendengar.

  1. Khotbah Inspirasi  

Type khotbah ini spontan yang muncul pada saat berkhotbah,karena khotbah ini tidak tertulis. Oleh karena itu seorang pengkhotbah harus mempersiapkan setiap ide/pemikiran yang akan disampaikan ke dalam hati dan pikiran.

Cara khotbah seperti ini efektif sekali bial digunakan sebagai khotbah penginjilan. Khotbah seperti ini akan sangat menarik bila disampaikan oleh pengkhotbah yang diurapi dan berpengalaman. Karena khotbah ini keluar dari hati seringkali melibatkan emosi yang tinggi. Oleh karena itu emosi harus seimbang dan tetap terkontrol oleh pikiran.

Ada 2 kelemahan dalam menggunakan metode khotbah seperti ini.
1.       Seringkali kurang memuaskan, karena roh dan jiwa pendengar tidak dapat dipulihkan.
2.       Cara penyampaiannya seringkali menjadi over emosi dan menjadi irasional dan kurang meyakinkan.

bersambung ke Homiletik - Bag 3

Homiletik - Bag 1

HOMILETIK
(Bagian 1)

Berkhotbah tentang firman Tuhan merupakan suatu hak istimewa dan tanggung jawab yang besar karena Allah mempercayakan perkataanNya kepada seseorang. Bagi mereka yang merasa tidak mampu berkhotbah (orang bodoh, I Korintus 1:21), Allah menyatakan kehendakNya atau diriNya sendiri dengan perantaraan pribadi manusia. Melalui pengenalan kepada Allah akan membawa seseorang kepada keselamatan kekal melalui iman didalam Yesus Kristus yang akan mengubah mereka menjadi serupa dengan gambaran dan teladan Allah (II Korintus 3:18).

Pelajaran ini berisi tentang prinsip-prinsip dasar yang sederhana untuk berkhotbah, yang ditujukan terutama bagi para pemimpin gereja yang membutuhkan latihan untuk membangun kemampuan mereka yang terpendam.

Pada umumnya banyak hambah-hambah Tuhan dan pemimpin-pemimpin gereja tidak pernah mempunyai kesempatan untuk dilatih secara formal dalam ilmu berkhotbah ini, karena pada dasarnya mereka memiliki kemampuan dan keahlian yang sebagian besar belum dikembangkan.

A.  APAKAH HOMILETIK?
Ilmu berkhotbah yang disebut “Homiletik” berasal dari kata Grika “homileo” dan “homilia” yang berarti “percakapan atau pembicaraan yang membawa suatu pengertian” (Kisah 20:11). “Setelah kembali di ruangan atas, Paulus memecah-mecahkan roti lalu makan, habis makan masih lama lagi ia berbicara (berkhotbah atau homileo) sampai fajar menyingsing”

Homiletik adalah ilmu yang mempelajari bagaimana menyampaikan khotbah. Khotnah yang berhasil diperoleh dari hubungan dan persekutuan yang erat dengan Tuhan.

Ada dua aspek yang berhubungan dengan ilmu berkhotbah.
1.       Bersifat Keilahian
2.       Bersifat Manusia
Neh 8:9  Bagian-bagian dari pada kitab itu, yakni Taurat Allah, dibacakan dengan jelas, dengan diberi keterangan-keterangan, sehingga pembacaan dimengerti.
               
Homiletik adalah ilmu yang mempelajari aspek tentang manusia, “BAGAIMANA BERKHOTBAH DENGAN EFEKTIF”.

Homelitik adalah ilmu untuk mengajar kita berkhotbah atau menyampaikan kebenaran Allah melalui pribadi manusia. Bagi seorang pengkhotbah yang terpenting adalah dapat mencapai kehendak Allah dan dapat menyampaikan kebenaran wahyu yang diberikan Allah secara efektif kepada jemaat Tuhan.

Supaya dapat melakukan tugas ini dengan efektif, kita harus belajar dari pengalaman hambah-hambah Tuhan yang lain.

  1. Menunggu dalam hadirat Allah.

Pertama, seorang pengkhotbah harus belajar bagaimana berada dalam hadirat Allah untuk memahami suara Allah yang berbicara di dalam roh kita.

Setiap khotbah yang bermanfaat bersumber dari hati dan pikiran Allah yang merupakan kebenaran, Allah adalah sumber dari seluruh pengetahuan kita dalam berkhotbah. Tugas yang pertama dari seorang pengkhotbah supaya dapat berhasil dengan efektif adalah belajar untuk menerima pikiran-pikiran Allah. Tidak semua orang dapat mendengar suara Allah dengan jelas. Bila kita menerima kebenaran Allah maka kebenaran itu akan meresap perlahan-lahan masuk ke dalam roh kita seperti embun di pagi hari. Seorang calon pengkhotbah juga harus belajar menunggu dalam hadirat Allah. Dia akan menerima pikiran dan kebenaran-kebenaran Allah yang berharga yang selalu ingin dibagikan kepada siapa saja yang mencari Dia dengan sungguh-sungguh. Bila kita terbiasa untuk selalu menyediakan waktu setiap hari untuk masuk ke dalam hadirat Allah dan menunggu dengan tenang di hadapanNya, kita akan segera mempelajari bagaimana untuk mendengar suara Allah yang berbicara di dalam roh kita.

Kita masuk  ke dalam hadirat Allah tidak hanya untuk “mendapatkan suatu khotbah” saja, tetapi yang terutama adalah supaya kita dengan rendah hati menerima nasihat dan pewahyuan mempersiapkan khotbah untuk esok hari, tentunya ini bukan merupakan sikap hati yang benar untuk dapat menerima wahyu dari Allah (Kebenaran Allah). Kita seharusnya membiarkan kebenaran firman itu mengubah kehidupan kita sebelum kita membagikannya kepada orang lain.

  1. Mempelajari Alkitab

Sebaiknya, seorang pengkhotbah datang di hadapan Allah dengan Alkitab yang terbuka, dengan ketenangan dan kesabaran menunggu untuk mendapatkan pewahyuan atas firmanNya. Kita harus sungguh-sungguh berdoa untuk mendapatkan nasehat, hikmat dan perintah Tuhan melalui firmanNya. Bukalah Alkitab kita dan bacalah pada waktu kita berada di hadiratNya.

Perlu juga untuk mengikuti pola membaca alkitab secara teratur, dan lakukanlah mulai hari ini. Cara ini menolong kita supaya kita tidak membaca Alkitab dengan tidak terarah, yang akhirnya mengabaikan ayat-ayat yang indah. Dan yang terpenting adalah kita harus peka terhadap suara Roh Kudus yang berbicara melalui pembacaan firman Tuhan.

  1. Siapkan sebuah buku catatan 

Buku catatan ini berguna untuk mencatat ide-ide yang muncul dalam pikiran kita pada saat kita menanti di hadapan Tuhan. Bila ide-ide tersebut tidak segera dicatat, maka akan mudah terlupakan. Ide-ide tersebut bisa berupa ayat-ayat yang terlintas saat kita berdoa dalam hadirat Allah. Bila ayat-ayat tersebut ditujukan untuk diri kita sendiri, lakukanlah sejauh kita dapat melakukannnya dan tuliskanlah. Kita akan segera mendapatkan sumber yang bagus sebagai materi khotbah. Bacalah apa yang sudah kita tuliskan tadi setiap saat. Maka ayat-ayat firman itu akan melekat dalam hati kita. Lalu kita akan mendapat beberapa thema yang akan mengisi pikiran kita dan akan terus berkembang sementara kita merenungkannya.

Biasakan untuk berbicara kepada Tuhan mengenai firmanNya. Bila ada sesuatu yang tidak kita mengerti, bertanyalah kepada Roh Kudus untuk menyatakan pengertiannya. Bertanyalah terus sampai di wahyukan dalam roh kita (Efesus 1:17). Kemudian kita belajar menanti dengan tenang dan sabar dihadapan Allah sampai Dia memberikan jawaban dengan lembut dalam roh kita. Setelah kita mendapatkan jawaban tersebut, catatlah dalam buku, jangan hanya diingat saja.

  1. Dibersihkan Melalui Firman Tuhan / Diberi Makan 

Pada waktu kita mempersiapkan khotbah, hindarilah untuk menggunakan kemampuan akal pikiran kita tanpa bergantung kepada Allah, dengan tujuan supaya khotbah kita dapat membakar rohani seseorang. Akuilah kebutuhan hati kita kepada Allah untuk diubahkan melalui firmanNya dan oleh RohNya yang mencuci dan membersihkan kita.

Kita juga harus memberi makan jiwa kita. Seringkali seseorang pengkhotbah atau hambah Tuhan jatuh kedalam perangkap ini. Mereka hanya bertujuan untuk menyimpan makanan untuk jemaatnya, sedangkan kesejahteraan rohani mereka sendiri diabaikan. Salah satu resiko dalam pelayanan, dinyatakan didalam Kidung Agung 1:6.  “…. Aku dijadikan mereka penjaga anggur, kebun anggurku sendiri tidak kujaga”.

Hal ini merupakan salah satu alasan yang tepat bahwa banyak pelayan-pelayan Tuhan yang mengalami kegagalan atau tidak dapat menghasilkan apa-apa dengan mengabaikan kehidupan rohaninya sendiri. Biarlah firman Allah berakar dalam hati dan roh kita dan bertumbuh dengan kuat dalam kehidupan pribadi dan pengalaman kita. Dan pada saat kita berkhotbah, kita berkhotbah bukan berdasarkan teori, tetapi berdasarkan apa yang kita alami dan kita terima dari Tuhan.

Ayat berikut ini mengajarkan kita, “Seorang petani yang bekerja keras haruslah yang pertama menikmati hasil usahanya” (II Timotius 2:6). Apa yang kita tanam itulah yang kita tuai (di dalam rohani kita) haruslah kita yang pertama menikmati (pengalaman kita) sebelum memberi makan orang lain. Bila kita tidak makan terlebih dahulu, tentu kita tidak akan memberi makan orang lain. Kita tidak akan mencoba menuntun orang lain menyusuri jalan-jalan yang sempit (kecil) kalau kita tidak pernah melaluinya. Firman Allah yang merubah kehidupan kita itu akan menjadi pesan-pesan Allah untuk jemaat kita. Kita tidak akan menjadi seorang yang hanya menyampaikan khotbah, tetapi menjadi orang yang hidupnya untuk melayani, memberkati dan menguatkan orang-orang yang mengenal dan mendengarkan kita.

B. BEBERAPA PENDAPAT YANG SALAH MENGENAI HOMILETIK.

Ada 4 kesalahan yang sering dilakukan orang-orang dalam menghargai Homiletik.

1.       Mempersiapkan Dianggap Tidak Berguna / Sia-sia  

Ada pendapat yang mengatakan bahwa mempersiapkan sesuatu yang tidak berguna itu menunjukkan bahwa kita kurang beriman. Pendapat seperti ini tidak benar. Artinya, bila seorang mempunyai pendapat seperti ini, ia berpikir bahwa tidak perlu untuk mempersiapkan khotbah sebelumnya, karena ia cukup bergantung pada imannya. Bahwa Allah akan menyediakan perkataan dalam mulutnya pada saat ia berdiri untuk berkhotbah.

Dalam Mazmur 81: 11 dikatakan, ‘….bukalah mulutmu lebar-lebar, maka Aku akan membuatnya penuh”. Ayat ini bukan mengatakan bahwa kita tidak perlu melakukan apa-apa dalam berkhotbah. Tetapi bila seseorang mengambil ayat ini sebagai standar dalam berkhotbah maka type orang semacam ini dinamakan sikap yang tidak bertanggung jawab dan dibuat-buat. Dan kata-kata yang diucapkannya disebut dengan perkataan omong kosong. Janganlah kita sembrono dalam berkata-kata karena setiap kata-kata kita dipertanggung jawabkan dihadapan Allah. Tetapi bila Allah menyuruh kita menyampaikan sesuatu saat berkhotbah, jangan kita ragu-ragu untuk mengatakannya.

bersambung ke Homiletik - Bag 2

Selasa, 21 Juni 2011

Padang Gurun Menjadi Taman TUhan

Padang Gurun Menjadi Taman Tuhan
Rut 1:1-6

Kebenaran ini memperlihatkan kepada kita bagaimana Elimelekh menghadapi masa-masa yang sulit dalam hidup mereka dan kemudian dia salah dalam mengambil keputusan. Ia tidak mengambil keputusan yang sesuai dengan kehendak Tuhan.  Kesalahannya dalam mengambil keputusan inilah yang membuat keluarganya mengalami hal yang buruk di Moab yang mungkin tidak pernah mereka bayangkan sebelumnya. Apapun situasi dan kondisi yang kita hadapi dihari-hari ini janganlah kita sampai salah dalam mengambil keputusan,

Oleh sebab itu untuk menghadapi masa-masa yang sulit, kita harus tahu apa yang boleh dan tidak boleh kita lakukan. Keputusan–keputusan yang kita buat haruslah sesuai dengan kehendak Tuhan. Berdasarkan kebenaran ini ada dua hal yang tidak boleh dilakukan, tapi justru dilakukan oleh Elimelekh.

1.    Menjadi Takut.
Elimelekh menjadi takut dengan kelaparan yang terjadi dan berpikir kalau tetap bertahan di Betlehem mereka sekeluarga akan mati. Kita tidak boleh takut, karena ketakutan tidak akan pernah merubah apapun dalam kehidupan kita.
Kel 14:10-14, Ketika Israel keluar dari Mesir ,Firaun dan kekuatan bala tentaranya mengejar mereka, sehingga membuat Israel ketakutan karena mereka terkepung dengan laut di depan dan tentara Mesir di belakang. Sepertinya tidak ada jalan keluar bagi mereka. Israel melihat keadaan dan mereka menjadi takut. Kita tidak boleh melihat keadaan karena kalau kita fokus pada keadaan, kita akan gemetar dan ketakutan, tawar hati, menjadi lemah dan tak berdaya. Ketakutan membuat kita berjalan menjauhi Tuhan. Ketakutan membuat kita tidak mengalami Tuhan. Oleh karena itu firman Tuhan selalu mengingatkan kepada kita dengan berkata “jangan takut”.
Dunia boleh bergoncang, masa sulit boleh datang tapi kita harus tahu bahwa kita berada di kerajaan yang tidak tergoncangkan, untuk itu kita tidak perlu menjadi takut.

2.    Meninggalkan Tuhan.
Elimelekh memutuskan untuk meninggalkan Betlehem dan pergi ke Moab. Ia berpikir dengan lari ke Moab akan membuat keadaan keluarganya menjadi lebih baik tapi alkitab mencatat Elimelekh dan kedua anaknya Mahlon dan Kilyon justru meninggal di Moab. Ya, akibat dari meninggalkan Tuhan, meninggalkan ibadah, meninggalkan persekutuan, meninggalkan pelayanan akhirnya meninggal. Naomi dia sadar akan kekeliruanya dan memilih kembali ke Bethlehem. Untuk kita ketahui, sangatlah tidak menyenangkan akibat dari meninggalkan Tuhan, Luk 15: 11-16, bagaimana anak bungsu meninggalkan rumah bapanya, tapi puji Tuhan ia menyadari keadaannya, ay 17-20. Pada titik ini dia sadar akan hidup rohaninya, ia sadar betapa kurang ajarnya sikap yang dia perlihatkan kepada bapanya. Ia sadar bahwa bapanya sudah sangat berbaik hati padanya dan saat itu dia mulai bisa menghargai bapanya dan bertindak untuk kembali dengan penyesalan dan kerendahan hati kepada bapanya. Ay 20-24, ketahuilah kalau kita mau berbalik dan kembali kepada bapa, dia pasti akan menerima kita. Kasihnya membuat dia berlari menjemput , merangkul dan mencium kita. Apapun keadaan kita, karena kasihNya yang besar Ia sangat menginginkan kita kembali kepadaNya. Kasih bapa sangat luar biasa,  Maz 139:7-10

Yang harus kita lakukan saat kita menghadapi masa-masa sukar :

1.    Mempercayai Tuhan dalam segala keadaan.
Bil 13:27-33; 14:6-9. Musa mengutus 12 pengintai ke tanah Kanaan untuk melihat situasi dan keadaan di sana. 10 pengintai memberi laporan yang mengecilkan hati, mereka melihat keadaan yang ada dan mereka memilih untuk menyerah. Tapi Yosua dan Kaleb berbeda, mereka percaya bahwa sekalipun di Kanaan ada banyak raksasa tapi Tuhan menyertai mereka dan akan memberikan kemenangan kepada mereka. Bukanlah keadaan yang menentukan seperti apa kita, tapi sikap hati dan cara berpikir kitalah yang akan menentukannya. Apakah kita mau mempercayai Dia atau tidak dalam segala keadaan. Tuhan itu nyata dan hidup, kalau kita tetap mempercayai Dia maka kita akan mengalami pengalaman-pengalaman yang luar biasa dengan Tuhan, bahkan kita pasti akan berjalan dari kemenangan yang satu kepada kemenangan yang lain.

2.    Percaya bahwa Tuhan sanggup memulihkan.
Keyakinan ini harus ada pada kita. Tuhan itu setia, Dia setia dengan janji-janjiNya, Dia setia dengan firmanNya. Ia berkata bahwa Dia sanggup memulihkan, menyembuhkan, melepaskan, menolong, mengangkat, membuka pintu-pintu yang tertutup bahkan meratakan gunung-gunung karena Ia yang berjalan di depan kita.

Yes 51:3, Sebab TUHAN menghibur Sion, menghibur segala reruntuhannya; Ia membuat padang gurunnya seperti taman Eden dan padang belantaranya seperti taman TUHAN. Di situ terdapat kegirangan dan sukacita, nyanyian syukur dan lagu yang nyaring.

Percayalah, Tuhan sanggup mengubahkan keadaan, bahkan apa yang sudah iblis curi dari padamu, Tuhan sanggup mengembalikannya. Dia sanggup mengubah padang gurun menjadi taman eden, Dia sanggup mengubah padang belantara menjadi taman Tuhan.
Tuhan Yesus Memberkati. (APL)

Selasa, 14 Juni 2011

Tujuh Jemaat

Tujuh Jemaat
Wahyu 1:4a  Dari Yohanes kepada ketujuh jemaat yang di Asia Kecil:

Kitab Wahyu yang ditulis oleh Yohanes, dan ditujukan kepada tujuh jemaat yang ada di propinsi Asia Kecil pada saat itu. Ketujuh jemaat ini dipilih dengan seksama untuk mewakili bukan saja karakteristik dari jemaat yang ada pada abad pertama Masehi, tetapi juga karakteristik jemaat – jemaat yang ada pada saat sekarang ini.
Angka tujuh adalah merupakan lambang kelengkapan dan kesempurnaan. Tujuh jemaat ini dipilih Tuhan untuk menandakan tinjauan lengkap Tuhan mengenai jemaat, tahap demi tahap, dari awal sampai akhir dunia ini.
Ada banyak jemaat di propinsi Asia Kecil pada pada saat Yohanes menulis surat ini. Tetapi Tuhan memilih ketujuh jemaat ini yaitu, Efesus, Smirna, Pergamus, Tiatira, Sardis, Filadelfia dan Laodikia karena mereka mewakili kondisi jemat-jemaat yang telah ada dan berjalan selama sejarah gereja, sejak awal sampai akhir.
Tuhan dalam mengilhami surat-surat ini, bukan saja Dia memikirkan saat dimana surat-surat ini ditulis, tetapi mengenai berabad-abad sejarah yang akan datang, Itulah sebabnya surat-surat ini terus hidup dan bernapas dan menghidupi jemaat-jemaat yang ada dizaman kita sekarang ini, seperti di waktu-waktu sebelumnya.
Dengan kata lain, ada tujuh jemaat yang mendasar dalam kurun waktu mana saja dalam sejarah jemaat. Setiap jemaat yang pernah ada dan yang sudah ada sekarang ini dapat mengisi salah satu dari ketujuh model jemaat ini pada suatu periode tertentu dalam sejarahnya. Dapat saja satu jemaat ada pada model yang satu disaat tertentu, tetapi pada saat yang lain  ada pada model yang lain. Perubahan apapun pada suatu jemaat bisa ditemukan pada ketujuh model ini.
Surat ini juga ditujukan kepada ketujuh model jemaat yang ada sekarang ini dengan harapan dapat mengetahui dan memahami isi dari surat ini dan menyadari pada posisi model yang mana jemaat ini berada dan perubahan-perubahan apa yang harus dilakukan untuk menjadi model jemaat yang Tuhan kehendaki.
Haleluyah.

Wahyu Kepada Yohanes

Wahyu kepada Yohanes

Wahyu 1:1  Inilah wahyu Yesus Kristus, yang dikaruniakan Allah kepada-Nya, supaya ditunjukkan-Nya kepada hamba-hamba-Nya apa yang harus segera terjadi. Dan oleh malaikat-Nya yang diutus-Nya, Ia telah menyatakannya kepada hamba-Nya Yohanes.
Wahyu 1:2  Yohanes telah bersaksi tentang firman Allah dan tentang kesaksian yang diberikan oleh Yesus Kristus, yaitu segala sesuatu yang telah dilihatnya.
Wahyu 1:3  Berbahagialah ia yang membacakan dan mereka yang mendengarkan kata-kata nubuat ini, dan yang menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya, sebab waktunya sudah dekat.

Banyak orang menganggap kitab Wahyu adalah kitab yang paling menakutkan dari 66 kitab di dalam Alkitab. Bayangan tentang kehancuran dunia dan kejadian-kejadian mengerikan yang tertulis didalam kitab nubuat ini membuat orang takut dan bahkan tidak berani untuk membaca dan mempelajarinya.
Padahal sebenarnya kitab ini adalah kitab yang paling menyenangkan dan paling menggembirakan didalam alkitab. Didalamnya digambarkan tentang suatu masa dimana kita akan tinggal bersama dengan Allah, dimana ada damai sejahtera, tidak ada kesedihan dan penderitaan, tidak ada air mata, tidak ada perkabungan bahkan tidak ada kematian lagi. Dan itu berlaku bukan hanya sementara saja tetapi kekal dan selama-lamanya.
Bukan suatu kebetulan kitab Wahyu diletakkan di akhir dari alkitab. Kalau kitab Kejadian berisi awal manusia dan peradabannya, awal dari penghakiman Allah dan kasih karuniaNya terhadap manusia, maka kitab Wahyu berisi akhir dari penghakiman Allah dan kemenangan kasih karunia-Nya. Dalam kitab kejadian kita di perlihatkan kisah asal dosa manusia dan dalam kitab Wahyu kita mendapatkan kemenangan lengkap dan terakhir atas dosa.
Melalui kitab Wahyu ini kita banyak menemukan misteri-misteri yang menjadi jelas. Kita bisa tahu bagaimana kejahatan itu ada dan bertahan di bumi dan bagaimana nasib dari kejahatan itu sendiri. Kita juga tahu bagaimana rencana Tuhan sehingga kita bisa menemukan bagaimana menjalani kehidupan yang benar.
Yohanes murid yang terkasih dari Yesus, anak laki-laki  Zebedeus, saudara laki-laki Yakobus menulis surat ini sekitar tahun 94 sampai 96 Masehi yaitu dalam masa tua, mungkin berumur delapan puluhan tahun. Tulisan ini bukan berasal dari pikiran Yohanes, penulis sebenarnya adalah Allah sendiri. Kitab ini berasal dari  pikiran Allah dan diungkapkan kepada AnakNya dan pada gilirannya Anak melalui malaikat-malaikatNya mengungkapkan kepada Yohanes melalui simbol dan tanda-tanda ditempat pengasingannya di pulau Patmos.
Penggunaan simbol dan tanda-tanda dengan ketepatan dan kejelasan yang luar biasa,  dan hampir semua dari simbol-simbol ini sudah ada pada bagian lain dari Alkitab, sehingga kalau kita tidak mengerti bagian lain dari Alkitab maka kita, akan bingung dan tidak akan mengerti dengan jelas maknanya.
Kitab ini memberikan banyak detil tentang konflik disepanjang masa, termasuk pemberontakan iblis, usahanya untuk memperdaya manusia tentang Allah, kekekalan, dan bagaimana dunia akan mencapai klimaks yang tetap berupa seribu tahun masa damai.
Pada ayat 3 kita temukan pada bagian awal sekali : “Berbahagialah ia yang membacakan dan mereka yang mendengarkan kata-kata nubuat ini, dan yang menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya.” Janji Allah pada kita semua yang membaca kitab ini termasuk saudara dan saya bahwa adalah bahwa ada suatu kebahagiaan khusus yang Allah berikan kepada kita jika kita membaca, mendengar dan menuruti kata-kata dari nubuat ini. Tuhan ingin kita mempelajari kitab nubuat ini bukan sekedar mengajar tentang kejadian di masa depan, tetapi nubuat ini juga meyakinkan kita bahwa Allah itu berpegang pada firmanNya dan janji-janjiNya.
Kita sekarang sedang memasuki masa dimana dunia sedang mendekati akhirnya. Dalam masa-masa sulit, gejolak demi gejolak, kekacauan, tekanan demi tekanan, ketakutan demi ketakutan, bencana alam dimana-mana, kelaparan, peperangan, penyakit yang mengerikan tidaklah akan membuat kita merasa takut dan gentar karena tahu apabila kita membaca, mendengar, memahami dan menuruti apa kata nubuat ini, kita akan dituntun dan dijamin oleh Tuhan dalam melewati segala kekacauan zaman ini.
Haleluyah.

Selasa, 07 Juni 2011

Tanah Hati Yang Berkualitas

Tanah Hati Yang Berkualitas
(LUK 8: 4-8;11-15)

Satu hal yang pasti bahwa waktu akan terus bergerak,  jarum jam akan terus berputar dan kitapun akan terus bergerak masuk ke era dimana ujian, tantangan dan penderitaan selaku orang percaya akan semakin berat dan sukar. Walaupun demikian kita harus tetap  memiliki keteguhan hati didalam kebenaran, tetap bertahan dan tidak terguncangkan sampai pada kesudahannya. Oleh sebab itu kebenaran ini akan memperlihatkan kepada kita, orang seperti apa yang akan bertahan sampai akhir. Meskipun kita semua pada dasarnya menerima benih yang sama, Firman Tuhan yang sama, kebenaran yang sama, Injil yang sama tapi ternyata sikap hati kitalah yang akan menentukan seperti apa kita kelak, menjadi orang-orang yang mampu atau tidak mampu bertahan sampai akhir.
                Ada berbagai jenis tanah yang digambarkan oleh kebenaran firman Tuhan ini, dan ini mewakili sikap hati manusia itu sendiri dalam menerima dan meresponi kebenaran firman Tuhan.

  1. Tanah yang keras (ay. 5 dan 12)
Benih yang pertama jatuh di tanah yang keras. Kerasnya tanah mengakibatkan benih itu tidak dapat masuk kedalam tanah melainkan hanya di permukaan saja sehingga dapat diinjak-injak orang dan habis dimakan oleh burung-burung. Ini jelas gambaran dari orang yang mengeraskan hatinya terhadap kebenaran Allah dan dengan demikian ia menolak Injil keselamatan.

  1. Tanah yang berbatu-batu (ay. 6 dan 13)
Benih yang kedua jatuh di tanah yang berbatu-batu dengan sedikit ada tanah yang bisa membuatnya bertumbuh. Dan memang benih itu dapat bertumbuh, bahkan bisa bertumbuh dengan begitu signifikan, laju pertumbuhannya bisa sangat cepat akan tetapi ada masalah dengan akarnya karena akarnya akan tertahan dengan batu-batu yang ada di bawahnya, sehingga ada batas dimana akar itu tidak bisa menjalar lagi. Dan kalau ini dibiarkan pada akhirnya benih itupun akan mati. Ini adalah gambaran dari orang yang mau menerima firman Tuhan tetapi tidak memiliki komitmen yang kuat dan tanpa syarat kepada Tuhan. Jelas sekali ia menerima firman itu dengan gembira, dia kelihatannya memberi respon yang luar biasa tapi sesungguhnya  dia tidak mau berserah sepenuhnya kepada Tuhan, ada batas-batas yang dia buat mengakibatkan adanya penolakan-penolakan. Dia hanya mau berserah sampai batas tertentu saja karena ada bagian di dalam hatinya yang dia tidak ijinkan untuk dimasuki oleh kebenaran firman. Waktulah yang akan membuktikan apakah orang dengan sikap hati demikian akan terus bertahan atau tidak. Karena pada suatu saat akar itu akan menyentuh batu itu, ia akan menyentuh batas itu dan akar itu tidak akan bertumbuh lagi.

  1. Tanah yang bersemak duri (ay. 7 dan 14)
Benih yang ketiga jatuh di tanah yang bersemak duri itu artinya tanahnya tidak murni. Ditanah itu ada benih lain juga tumbuh. Benih-benih ini tumbuh bersama-sama dan benih yang lain itu lama kelamaan bisa menjepit benih yang baik, sehingga benih yang baik itu tidak bisa bertumbuh. Dan kalau dibiarkan terus  benih yang baik itu akan mati. Ini adalah gambaran dari orang yang percaya kepada Tuhan tapi mendua hati. Mat 6 : 24, kita tidak dapat mengabdi kepada dua tuan, kita tidak dapat mengabdi kepada Allah sekaligus kepada mamon, kita tidak dapat mengabdi kepada Allah sekaligus kepada berhala. Banyak orang memulai sesuatu dengan sangat baik, tapi pada akhirnya karena benih yang ditanam itu terjepit, dia tidak mampu bertahan. Mendua hati mempengaruhi ketetapan hati kita untuk fokus kepada Tuhan.   

  1. Tanah yang baik. (Mat 13 : 8 dan 23)
Benih yang keempat jatuh di tanah yang baik, benih itu bertumbuh dan berbuah. Ada yang seratus kali lipat, enam puluh kali lipat, tiga puluh kali lipat. Yang pasti jenis tanah yang ini membuat benih itu  menghasilkan buah. Selaku orang percaya Tuhan menghendaki kita harus menghasilkan buah. Yoh 15 : 1-8 ……….Karena setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang brbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah………………………..
Pembersihan identik dengan penderitaan. Kita harus punya daya tahan yang kuat untuk menghadapi penderitaan agar bisa menghasilkan buah yang baik. Inilah yang membuat orang percaya dengan jenis tanah hati yang ke 2 dan ke 3 tadi tidak bisa bertahan. Mereka gagal karena tidak tahan menghadapi penderitaan.

Kegagalan pada orang dengan jenis tanah hati yang ke 2 adalah karena dia tidak tahan dengan penindasan, penganiayaan, pencobaan dan ujian yang membuatnya mengalami tekanan-tekanan ( Luk 8:13 dan Mat 13:20-21). Padahal jelas sekali dalam Kis 14: 23 berkata bahwa untuk masuk dalam kerajaan Allah kita harus mengalami banyak sengsara. 
Kegagalan pada orang dengan jenis tanah hati yang ke 3 adalah dia hidup dalam kekuatiran, terikat oleh kekayaan dan kenikmatan hidup (Luk 8: 14). Tawaran-tawaran dunia akan membuatnya menderita (karena kebenaran) jika menolaknya.
Pada kenyataannya penderitaan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan orang percaya, untuk itu kita harus memahami benar arti penderitaan karena kebenaran, bersedia menanggungnya dan bermegah di dalamnya. Penderitaan bagi orang percaya seperti matahari bagi tumbuhan. Pada dasarnya tumbuhan membutuhkan sinar matahari untuk bertumbuh, bagi tumbuhan yang tidak berakar sinar matahari akan membuatnya mati, tapi bagi tumbuhan yang berakar sinar matahari akan membuatnya tetap hidup. Demikianlah penderitaan bagi orang percaya yang tidak berakar dalam Kristus akan membuatnya tidak bertahan dan mundur sebaliknya bagi orang yang berakar dalam Kristus penderitaan akan membuatnya semakin dimurnikan untuk timbul sebagai emas yang murni dan semakin berbuah lebat.
Penderitaan yang dialami oleh orang percaya berbeda-beda, dan sesungguhnya faktor yang menentukan untuk kita tetap bertahan dan menghasilkan buah tidaklah bergantung kepada penderitaan itu sendiri tapi bergantung sepenuhnya kepada sikap hati kita dalam merespon kebenaran yang kita terima. Di dunia ini tidak ada tempat bagi kita untuk lolos dari penderitaan, terkadang dunia menawarkan paket yang kelihatannya bagus tapi sebenarnya isinya adalah penderitaan. Oleh sebab itu pilihan ada pada kita untuk memilih, mau menderita karena kebenaran yang mengakibatkan kita bisa bertahan dan berdiri tegak pada hari kedatanganNya kelak atau sebaliknya. Kiranya Tuhan memberikan kepada kita mata hati yang baik untuk memilih. Tuhan Yesus memberkati. (APL)