Selasa, 07 Juni 2011

Tanah Hati Yang Berkualitas

Tanah Hati Yang Berkualitas
(LUK 8: 4-8;11-15)

Satu hal yang pasti bahwa waktu akan terus bergerak,  jarum jam akan terus berputar dan kitapun akan terus bergerak masuk ke era dimana ujian, tantangan dan penderitaan selaku orang percaya akan semakin berat dan sukar. Walaupun demikian kita harus tetap  memiliki keteguhan hati didalam kebenaran, tetap bertahan dan tidak terguncangkan sampai pada kesudahannya. Oleh sebab itu kebenaran ini akan memperlihatkan kepada kita, orang seperti apa yang akan bertahan sampai akhir. Meskipun kita semua pada dasarnya menerima benih yang sama, Firman Tuhan yang sama, kebenaran yang sama, Injil yang sama tapi ternyata sikap hati kitalah yang akan menentukan seperti apa kita kelak, menjadi orang-orang yang mampu atau tidak mampu bertahan sampai akhir.
                Ada berbagai jenis tanah yang digambarkan oleh kebenaran firman Tuhan ini, dan ini mewakili sikap hati manusia itu sendiri dalam menerima dan meresponi kebenaran firman Tuhan.

  1. Tanah yang keras (ay. 5 dan 12)
Benih yang pertama jatuh di tanah yang keras. Kerasnya tanah mengakibatkan benih itu tidak dapat masuk kedalam tanah melainkan hanya di permukaan saja sehingga dapat diinjak-injak orang dan habis dimakan oleh burung-burung. Ini jelas gambaran dari orang yang mengeraskan hatinya terhadap kebenaran Allah dan dengan demikian ia menolak Injil keselamatan.

  1. Tanah yang berbatu-batu (ay. 6 dan 13)
Benih yang kedua jatuh di tanah yang berbatu-batu dengan sedikit ada tanah yang bisa membuatnya bertumbuh. Dan memang benih itu dapat bertumbuh, bahkan bisa bertumbuh dengan begitu signifikan, laju pertumbuhannya bisa sangat cepat akan tetapi ada masalah dengan akarnya karena akarnya akan tertahan dengan batu-batu yang ada di bawahnya, sehingga ada batas dimana akar itu tidak bisa menjalar lagi. Dan kalau ini dibiarkan pada akhirnya benih itupun akan mati. Ini adalah gambaran dari orang yang mau menerima firman Tuhan tetapi tidak memiliki komitmen yang kuat dan tanpa syarat kepada Tuhan. Jelas sekali ia menerima firman itu dengan gembira, dia kelihatannya memberi respon yang luar biasa tapi sesungguhnya  dia tidak mau berserah sepenuhnya kepada Tuhan, ada batas-batas yang dia buat mengakibatkan adanya penolakan-penolakan. Dia hanya mau berserah sampai batas tertentu saja karena ada bagian di dalam hatinya yang dia tidak ijinkan untuk dimasuki oleh kebenaran firman. Waktulah yang akan membuktikan apakah orang dengan sikap hati demikian akan terus bertahan atau tidak. Karena pada suatu saat akar itu akan menyentuh batu itu, ia akan menyentuh batas itu dan akar itu tidak akan bertumbuh lagi.

  1. Tanah yang bersemak duri (ay. 7 dan 14)
Benih yang ketiga jatuh di tanah yang bersemak duri itu artinya tanahnya tidak murni. Ditanah itu ada benih lain juga tumbuh. Benih-benih ini tumbuh bersama-sama dan benih yang lain itu lama kelamaan bisa menjepit benih yang baik, sehingga benih yang baik itu tidak bisa bertumbuh. Dan kalau dibiarkan terus  benih yang baik itu akan mati. Ini adalah gambaran dari orang yang percaya kepada Tuhan tapi mendua hati. Mat 6 : 24, kita tidak dapat mengabdi kepada dua tuan, kita tidak dapat mengabdi kepada Allah sekaligus kepada mamon, kita tidak dapat mengabdi kepada Allah sekaligus kepada berhala. Banyak orang memulai sesuatu dengan sangat baik, tapi pada akhirnya karena benih yang ditanam itu terjepit, dia tidak mampu bertahan. Mendua hati mempengaruhi ketetapan hati kita untuk fokus kepada Tuhan.   

  1. Tanah yang baik. (Mat 13 : 8 dan 23)
Benih yang keempat jatuh di tanah yang baik, benih itu bertumbuh dan berbuah. Ada yang seratus kali lipat, enam puluh kali lipat, tiga puluh kali lipat. Yang pasti jenis tanah yang ini membuat benih itu  menghasilkan buah. Selaku orang percaya Tuhan menghendaki kita harus menghasilkan buah. Yoh 15 : 1-8 ……….Karena setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang brbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah………………………..
Pembersihan identik dengan penderitaan. Kita harus punya daya tahan yang kuat untuk menghadapi penderitaan agar bisa menghasilkan buah yang baik. Inilah yang membuat orang percaya dengan jenis tanah hati yang ke 2 dan ke 3 tadi tidak bisa bertahan. Mereka gagal karena tidak tahan menghadapi penderitaan.

Kegagalan pada orang dengan jenis tanah hati yang ke 2 adalah karena dia tidak tahan dengan penindasan, penganiayaan, pencobaan dan ujian yang membuatnya mengalami tekanan-tekanan ( Luk 8:13 dan Mat 13:20-21). Padahal jelas sekali dalam Kis 14: 23 berkata bahwa untuk masuk dalam kerajaan Allah kita harus mengalami banyak sengsara. 
Kegagalan pada orang dengan jenis tanah hati yang ke 3 adalah dia hidup dalam kekuatiran, terikat oleh kekayaan dan kenikmatan hidup (Luk 8: 14). Tawaran-tawaran dunia akan membuatnya menderita (karena kebenaran) jika menolaknya.
Pada kenyataannya penderitaan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan orang percaya, untuk itu kita harus memahami benar arti penderitaan karena kebenaran, bersedia menanggungnya dan bermegah di dalamnya. Penderitaan bagi orang percaya seperti matahari bagi tumbuhan. Pada dasarnya tumbuhan membutuhkan sinar matahari untuk bertumbuh, bagi tumbuhan yang tidak berakar sinar matahari akan membuatnya mati, tapi bagi tumbuhan yang berakar sinar matahari akan membuatnya tetap hidup. Demikianlah penderitaan bagi orang percaya yang tidak berakar dalam Kristus akan membuatnya tidak bertahan dan mundur sebaliknya bagi orang yang berakar dalam Kristus penderitaan akan membuatnya semakin dimurnikan untuk timbul sebagai emas yang murni dan semakin berbuah lebat.
Penderitaan yang dialami oleh orang percaya berbeda-beda, dan sesungguhnya faktor yang menentukan untuk kita tetap bertahan dan menghasilkan buah tidaklah bergantung kepada penderitaan itu sendiri tapi bergantung sepenuhnya kepada sikap hati kita dalam merespon kebenaran yang kita terima. Di dunia ini tidak ada tempat bagi kita untuk lolos dari penderitaan, terkadang dunia menawarkan paket yang kelihatannya bagus tapi sebenarnya isinya adalah penderitaan. Oleh sebab itu pilihan ada pada kita untuk memilih, mau menderita karena kebenaran yang mengakibatkan kita bisa bertahan dan berdiri tegak pada hari kedatanganNya kelak atau sebaliknya. Kiranya Tuhan memberikan kepada kita mata hati yang baik untuk memilih. Tuhan Yesus memberkati. (APL)